Pun, seorang pekerja pariwisata harus piawai berkomunikasi. Komunikasi adalah modal dasar dan amat penting untuk unjuk kerja optimal, pada  semua level penunaian tugas dan situasi. Kegagapan komunikasi dan koordinasi  ditengarai acapkali menjadi biang masalah dan berkontribusi cukup signifikan pada berbagai kegagalan dan ketidakberesan penunaian tugas.

 Akhirnya, seorang pekerja pariwisata meski menjaga sikap kerja (mental attitude) dalam melaksanakan tugasnya. Apa sikap kerja yang paling dibutuhkan? Adalah sikap kepedulian (awarenes) terhadap kemajuan dan perkembangan dunia pariwisata. Bagaimanapun kemajuan pariwisata berkaitan langsung dengan kelangsungan hidupnya. Berikutnya sadar “sex” (service excelence), bagaimanapun pariwisata adalah bisnis jasa, pelayanan, dan keramahtamahan (hospitality). Tampaknya jargon “sapa, senyum, dan salam” amat sangat relevan di miliki oleh para pekerja pariwisata.

Gambar : Google

Betapapun, tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan SDM yang kompeten penting dan mendesak bagi Indonesia untuk mampu berkiprah sembari menegakkan kepala di kancah  percaturan global. Kita mesti, dengan arif dan cerdas, mau dan mampu merujuk ke negara-negara yang lebih maju untuk mengaca dan belajar, bahwa bagaimanapun kepemilikan human capital sangatlah penting dan strategis bagi kemajuan sebuah bangsa, bukan hanya kuantitas tapi kualitas, termasuk sektor pariwisata.

Terakhir, saya perlu mengutip apa yang pernah diungkapkan oleh tokoh teori evolusi Charles Darwin  dalam The Survival of The Fittest bahwa “ bukan yang terkuat yang akan bertahan, melainkan mereka yang mampu beradaptasi dengan perubahan”. Salam.

Source : https://www.kompasiana.com/bambangjes/55d9c6436e7a61fd0acee724/fasilitasi-sertifikasi-kompetensi-kerja-kepemanduan-wisata?page=all

× How can I help you?